Bagi sebagian orang, foto hanyalah selembar gambar yang
tidak berarti. Terkadang kita hanya memandang foto dari segi fisiknya saja.
Orang-orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam memandangi sebuah foto. Objek yang
jenaka, ataupun indahnya pemandangan alam selalu menjadi fokus perhatian yang
sangat menyita waktu. Kemudian, mereka pergi meninggalkannya dan hanya mampu
berkata “Yang itu jelek” atau “Wah, yang tadi keren!” tanpa argumentasi yang
lebih lanjut. Namun bagi Nawang Wulan, foto adalah gambar yang bisa bercerita. Di
dalam foto tersirat cerita yang sebenarnya harus kita sadari. Bukan hanya
makhluk hidup yang dinamis, namun benda mati seperti foto pun ternyata
mampu menunjukkan kedinamisannya asal
kita tahu cara menikmatinya.
Gadis yang tertarik pada dunia fotografi ini dari dulu
sampai sekarang mengaku sangat gemar memotret dan memandangi foto-foto yang
bagus. “Dulu aku pernah dapet tugas memfoto segala hal menarik tentang Suku
Badui. Itu pertama kalinya aku masuk ke dunia fotografi. Sampai sekarang,
pengalaman itu menjadi momen yang sangat berkesan bagiku”, ceritanya sembari
senyum lebar. Hal tersebut menjadi alasan kuat mengapa dia bercita-cita sebagai
fotografer jurnalistik. “Fotografi itu seperti melukis. Tapi medianya cahaya”,
imbuh mahasiswi Ilmu Komunikasi UGM tahun 2011 ini.
Pendapat Nawang telah mengubah cara pandang kita terhadap
sebuah foto dan dunia fotografi. Sebuah foto bisa berbicara layaknya seorang
manusia. Sebuah foto ternyata mengandung cerita yang menarik untuk diulas.
Begitu juga dunia fotografi yang diibaratkannya seperti melukis. Melihat foto
dan fotografi dari sudut pandang yang berbeda adalah melihat dari mata Nawang.