Penembakan misterius atau yang lumrah kita sebut ‘Petrus’
kini masih menyisakan tanda tanya besar di benak masyarakat Indonesia. Catatan
hitam tersebut menjadi misteri yang tidak pernah terungkap. Pasalnya,
pembunuhan tidak manusiawi yang terjadi di era Soeharto itu hingga detik ini
belum menemukan titik terang. ‘Hidup segan mati tak hendak’ adalah ungkapan
yang tepat untuk mendeskripsikan ketidakberdayaan Komnas HAM dalam kasus ini.
Gaung aksi pemerintah dalam kasus Petrus tidak pernah terdengar sedikitpun.
Padahal, salah satu pembantaian manusia terbesar pada abad 20 itu secara tidak
langsung telah mencoreng UUD 1945. Indonesia adalah negara penyembah konstitusi
namun tidak berani unjuk gigi.
Kita
bertanya-tanya tentang ‘dalang’ di balik semua rentetan pembunuhan keji
tersebut. Pandangan masyarakat baik di era 80-an atau era reformasi ini masih
melayang tajam pada Soeharto. Bagaimana tidak, Soeharto yang pada saat itu
masih berstatus sebagai presiden Indonesia justru’ memberi lampu hijau’ pada
kasus Petrus. Dia menyebut pembantaian tersebut sebagai shock therapy. Terapi goncangan untuk mengkonkretkan keberadaan
pengendali kejahatan. Namun, apakah harus
dengan pembunuhan keji dan sembunyi-sembunyi seperti itu ? Sayangnya,
pikiran-pikiran kritis masih tersandung keabstrakan bukti. Belum ada bukti kuat
yang menggiring kasus ini ke muara. Sekali lagi, keragu-raguan bisa muncul dan
membiaskan jawaban yang sudah mengerucut.
Petrus sebenarnya adalah langkah kontinyu dari Operasi Celurit. Operasi ini
diimplementasikan oleh Polda Metro Jaya, Jakarta untuk mereduksi angka
kriminalitas yang dinilai berada di ambang kritis. Namun karena hasilnya cukup
efektif, operasi ini diadopsi oleh daerah-daerah lain seperti Jawa Tengah dan
Yogyakarta.
Beberapa waktu kemudian Operasi Celurit menjadi semakin liar namun terkesan
misterius. Hasilnya, pada tahun 1983 tercatat 532
orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Tahun 1984 ada
107 orang tewas, di antaranya 15 orang tewas ditembak. Tahun 1985 tercatat 74
orang tewas, 28 di antaranya tewas ditembak. Para korban Petrus saat ditemukan masyarakat dalam kondisi tangan
dan lehernya terikat. Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal
di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, laut, hutan, dan kebun.
Pola pengambilan para korban kebanyakan diculik oleh orang tak dikenal dan
dijemput aparat keamanan.
Pemandangan mengenaskan ini seolah-olah tidak mampu
menggubris hati Soeharto. Ketidakempatiannya yang samar-samar tersurat dalam Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya
(1989), yang ditulis Ramadhan K.H., khususnya pada bab 69. Dalam biografinya
ini Soeharto menguraikan argumen bahwa kekerasan harus dihadapi dengan kekerasan.
“Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi, kekerasan itu
bukan lantas dengan tembakan.. dor.. dor.. begitu saja. Bukan! Yang melawan,
mau tidak mau, harus ditembak. Karena melawan, mereka ditembak.” Paragraf ini
segera disambung paragraf lima baris: “Lalu, ada yang mayatnya ditinggalkan
begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Ini supaya orang banyak
mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan
mengatasinya. Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang
sudah melampaui batas perikemanusiaan itu.” Lantas, Soeharto memaparkan lagi:
“Maka, kemudian meredalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan itu.” Ironis!
Sekali lagi, Petrus memang benar-benar kasus
misterius. Siapapun dalangnya, dia sangat terampil mengunci lembaran hitam ini.
Tidak ada seorang pun yang bisa menuntaskan kemajemukan persepsi ini. Padahal,
zaman sekarang demokrasi sudah digembar-gemborkan keberadaannya. Kita tidak
lagi menjadi ‘burung dalam sangkar’ seperti pada era otoriter Soeharto. Pada
akhirnya, tragedi ini terkubur dalam-dalam dan bertransformasi menjadi kenangan
yang kelam.
Daftar Pustaka
Achor, Mohammad. 2011. “Penembakan Misterius : Bukti
Sikap Represif Rezim Soeharto”. Diakses dari http://sejarah.kompasiana.com/2011/12/02/penembakan-misterius-bukti-sikap-represif-rezim-soeharto/
pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 21.59 WIB.
Sejarah Perang.com. 2012. “Mengungkap Misteri PETRUS (Penembak Misterius)”. Diakses dari http://sejarahperang.com/2011/12/25/mengungkap-misteri-petrus-penembak-misterius/ pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 22.09 WIB.
Lee, Michael. 2010. “Soeharto Dan
PETRUS (Penembak Misterius) di Era 80-an”. Diakses dari http://www.isunik.com/2012/04/soeharto-dan-petrus-penembak-misterius.html pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 22.18 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar