Ni Ketut Dimar Warsihantari
Beberapa orang di Indonesia cenderung memilih bekerja dan
berkontribusi di kota-kota besar dan tidak banyak yang pulang ke daerah
asalnya. Bagaimana bisa orang tidak tergiur oleh tawaran kerja yang berlimpah
dengan upah tinggi yang ditawarkan kota- kota besar ,misalnya Jakarta.Empat
dasawarsa terakhir ini angka urbanisasi di Indonesia melonjak tajam.Senada
dengan pakar demografi UI, Sonny Harry Harmadi, yang mengatakan bahwa pada tahun
1971 penduduk di perkotaan jumlahnya berkisar 17 %, kemudian pada tahun 2012
persentasenya merangkak cepat hingga 50 %. “Bahkan sekitar 40 % penduduk di
kota Jakarta tidak dilahirkan disana”,imbuhnya. Seperti ungkapan yang
mengatakan, “Kacang yang lupa kulitnya”. Ungkapan ini sangat tepat
menggambarkan fakta tentang sikap manusia yang lekas melupakan masa lalunya
setelah menuai kesuksesan. Salah seorang wakil DPD di Jakarta, La Ode Ida
berkata, “Tantangan ke depan adalah menjadikan masyarakat desa yang sejahtera”.
Menjawab petikan kalimat La Ode Ida, tangan dingin Lisa Lindawati membuktikan
bahwa masih ada satu generasi muda di Indonesia yang peduli dan senantiasa
mengabdi pada daerah asalnya.Perjuangan tokoh muda yang berkecimpung di karang
taruna adalah fenomena yang sangat inspiratif dan patut menjadi teladan anak
bangsa lainnya di Indonesia.
Kesibukannya mengejar gelar sarjana ilmu komunikasi Universitas Gadjah Mada
tidak lantas menyurutkan semangatnya membangun kesejahteraan di Desa Singosaren,Kecamatan Banguntapan,Kabupaten Bantul,Yogyakarta.Karang
Taruna Jaya Kusuma yang berdiri sejak tahun 1984 adalah media pengabdian Lisa
dan teman-temannya dalam memperjuangkan hak-hak warga setempat. Karang Taruna Jaya Kusuma sebenarnya adalah partner
pemerintah yang berkecimpung dalam masalah kesejahteraan sosial di level
kelurahan atau desa.Titik pengabdian Lisa, begitu
warga sekitar menyapanya, bermula pada tahun 2009. Pada tahun tersebut ,gadis
kelahiran Bantul, 7 Juli 1987 ini menjabat sebagai Sekretaris. “Saya merasa
memiliki tanggung jawab sosial. Saya kuliah di UGM, dan saya merasa termotivasi
untuk berbuat lebih. Walaupun ‘wong ndeso’, saya harus bangkitkan optimisme
warga setempat demi desa yang mandiri”, ungkap Lisa dengan nada yang meyakinkan.
Kutipan yang membangun ini menghapus fakta tentang mahasiswa yang hidupnya
hanya terpacu ambisi tamat kuliah dengan waktu singkat dan memperoleh IP
tinggi. Kepekaan sosial dan keaktifan dalam organisasi pada kenyataannya turut
menyempurnakan nilai dan martabat seseorang.
Sigit Riyadi, pelaksana Bidang Pendidikan dan Pelatihan Karang Taruna Jaya
Kusuma berpendapat bahwa secara infrastruktur, mulai dari jalan dan bangunan
rumah, sudah terlihat mapan dan layak. Namun, jika diteliti lebih dalam,
kondisi Desa belum pada taraf yang wajar.Menurut pengamatan Lisa, masyarakat Desa
Singosaren adalah masyarakat urban. Lokasinya berada di antara kota dan desa.
Tidak heran ,sedikit tidaknya kultur kota turut mempengaruhi alur kehidupan
warga.Namun,nilai kearifan lokal seperti gotong-royong masih terpelihara dengan baik.
Ternyata rendahnya kesejahteraan di Desa Singosaren bukan semata-mata
karena faktor ekonomi, kesadaran untuk mengenyam pendidikan dan mengembangkan
usaha keterampilan turut mempengaruhi.Beranjak dari pemahaman tersebut, Lisa
Lindawati yang baru dilantik menjadi ketua pada tahun 2012,bersama-sama dengan
Karang Taruna Jaya Kusuma berusaha mencanangkan program kerja yang
menitikberatkan pada bidang Pendidikan dan Industri Kreatif. Salah satu program
yang sudah direalisasikan adalah Sanggar Sinau Bareng. Sanggar ini diharapkan
dapat menjadi ruang belajar bersama bagi anak-anak di luar sekolahnya. Sanggar
ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan-pengetahuan baru yang mungkin
belum mereka dapatkan di sekolah atau di rumah.Sanggar Sinau Bareng kini sedang
gencar mensosialisaikan program kejar paket B dan C yang setara SMA dan SMP
lainnya di Indonesia. “Kami menyaring tenaga pengajar dari masyarakat
setempat.Bahkan, pelatihan desain dan biografi akan turut melengkapi pelajaran
sehari-hari.Kembali pada tujuan paling dasar bahwa Karang Taruna menggali
potensi dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat”, pungkas Lisa.
Hal tersebut membuktikan bahwa mahasiswi yang tengah menempuh studi S2 di Ilmu
Komunikasi UGM ini tidak muluk-muluk pada prinsip kemandirian yang
digenggamnya. Program-program yang dilaksanakannya selalu berbasis kemandirian.
Peran pemerintah dalam menindaklanjuti masalah
kesejahteraan di Desa Singosaren hanya terbatas pada
segi fungsional dan teknis. Karang Taruna Jaya Kusuma bersifat otonom dan tidak
mendapat intervensi dari pemerintah.Penyediaan dana tergolong minim karena
sumber dana hanya berasal dari swadaya pengurus karang taruna, hasil industri
ekonomi kreatif, dan sedikit donasi usaha luar desa seperti investor lokal dan
beberapa Perseroan Terbuka. Kendala lainnya ditimbulkan oleh beragamnya latar
belakang anggota karang taruna seperti pendidikan yang kurang memadai.Desa
Singosaren memiliki 8 dusun dan memiliki organisasi pemuda di setiap
dusunnya.Setiap aktivis memilih jalan di jalur masing-masing tanpa adanya kerja
sama antarorganisasi pemuda. Dalam penjelasan lebih lanjut, Lisa memaparkan
bahwa gesekan-gesekan yang terjadi di antara organisasi pemuda berubah menjadi
tantangan untuk mempersatukan Desa Singosaren.
Berbagai kendala sedikit menghambat kinerja Karang Taruna Jaya Kusuma.
Namun, kemudian di tangan alumni SMA Negeri 8 Yogyakarta tersebut,tantangan ini
benar-benar diubahnya menjadi sebuah kemenangan besar. Senin, 25 Juni 2012 menjadi
waktu bersejarah bagi semua warga Desa Singosaren. Pasca pelantikan Kepala
Lurah yang baru , Karang Taruna Jaya Kusuma menghadiahkan kado kepada H. Joko
Prayitno,Kepala Lurah yang lama. Jaya Kusuma berhasil memboyong Juara 1 Karang
Taruna Berprestasi tingkat Provinsi dan berhak menjadi perwakilan desa ke
Jakarta. Bahkan,bulan Oktober ini Jaya Kusuma dinobatkan menjadi tuan rumah
Bakti Karang Taruna 2012. Pertemuan ini diadakan setiap 3 bulan sekali dan
sekitar 75 desa di Kabupaten Bantul akan turut berpartisipasi.
Ketika banyak orang mulai mengaburkan makna penting tanggung jawab sosial,
kita tetap mempertajam kepekaan sosial. Nilai-nilai kearifan lokal yang
mendasari pondasi Indonesia tidak hanya untuk diwariskan, tetapi perlu
direalisasikan. Kita pergi jauh untuk memetik ilmu dan pulang untuk menyebarkan
benih pengetahuan.Lisa Lindawati tampil di Indonesia sebagai generasi muda yang
berani unjuk gigi memperjuangkan hak warganya dengan prinsip
kemandirian.Kebanggaan bangsa Indonesia tidak hanya medali emas olimpiade dan
inovasi teknologi, tetapi melihat keberhasilan generasi muda mengembangkan dan
mengangkat kesejahteraan daerah dengan tangan mereka sendiri. #BRIDGING COURSE 03
Daftar Pustaka
Lindawati,Lisa.2012.Jurusan Ilmu Komunikasi,Universitas
Gadjah Mada,Bulaksumur,Yogyakarta.
Karang Taruna Jaya Kusuma.http://www.kt-Jaya
Kusuma.org , diakses tanggal 6 September 2012
Harmadi,Sonny Harry.2012.”Demografi
Indonesia”.Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar