Selasa, 20 November 2012

Kiprah Bahasa Gaul Dalam Iklan Komersial Televisi


Bahasa slang atau yang lebih lumrah disebut bahasa gaul sudah lama mengakrabkan diri dengan masyarakat. Mereka begitu mudah menyusup dalam bahasa percakapan sehari-hari. Secara tidak sadar, kita sering berkata “Gue”, “Maksud Loh”, “Banget”, “Cius mi apa”, “Kampret”, “Ampun deh”, dan lain sebagainya. Jika ditilik dari segi ilmu bahasa, fenomena itu termasuk sosiolek. Sosiolek merupakan variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial penuturnya. Slang adalah ragam bahasa tidak resmi yang lumrah dipakai oleh kaum remaja atau kelompok-kelompok sosial tertentu. Mereka menggunakannya untuk melangsungkan komunikasi intern supaya orang lain atau kelompok lain bingung dengan kosa kata yang serba baru dan berubah-ubah tersebut (Kridalaksana, 1984:281).  
            Iklan-iklan komersial di televisi nampaknya sudah melirik proses intervensi bahasa slang tersebut pada kehidupan masyarakat. Mereka berusaha membingkai produk-produk yang  ditawarkan dengan kata-kata nyentrik. Jika kita perhatikan dengan saksama, iklan komersial di Indonesia memiliki tagline khasnya masing-masing. Hampir semua tagline mengadopsi bahasa gaul. Masyarakat cenderung hanya mengingat tagline yang unik. Jika mudah diingat, berarti citra produk semakin mudah untuk dikenal. Logikanya, masyarakat akan lebih tertarik membeli produk yang dikenalnya daripada membeli produk yang tidak jelas juntrungnya.  
            Iklan yang kreatif pasti dibuat oleh  tim yang kreatif pula. Maka dari itu, posisi mereka paling menentukan level keberhasilan sebuah iklan. Tim kreatif tersebut terdiri dari copy writer (penulis teks iklan), visualiser (juru gambar) dan typografi (ahli jenis huruf). Copy Writer mewakili pihak produsen selalu berusaha menyuguhkan bahasa yang menarik dan mudah diingat oleh penonton atau konsumen. Ia harus pandai mengubah gagasan penjualan menjadi kalimat-kalimat komersial yang persuasif. Sesuai dengan prinsip komunikasi, copy writer dan partner kerjanya yang lain harus tampil menjadi komunikator yang handal. Pesan harus disampaikan dengan baik oleh komunikan. Agar dapat diterima dengan mudah, komunikator perlu menghias tampilan iklannya dengan kata-kata yang akrab di telinga pendengarnya. Bahasa gaul bisa menjadi momentum dahsyat untuk mengakrabkan iklan dengan konsumennya. Gaya bahasanya yang unik dan akrab dengan kehidupan masyarakat nampaknya akan lebih mudah menggali celah di hati penonton.
Bahasa bersifat dinamis, begitu juga penggunaan bahasa gaul di dalam iklan produk komersial terus mengalami perkembangan. Bahasa gaul yang terdapat di dalam iklan produk komersial kini terus memunculkan kosa kata bahasa gaul yang baru yang merupakan kreasi dan kreativitas dari tim kreatif iklan. Perkembangan bahasa itu kelihatannya sudah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh beberapa pembuat iklan di Indonesia. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk melambungkan citra produk yang ditawarkan.
            Iklan rokok bermerek Sampoerna Hijau bisa menjadi salah satu contoh promosi yang berhasil. Dengan tagline nya yang berbunyi “Ga ada loe gak rame”, Sampoerna Hijau mampu memberi kesan unik dan bersahaja. Ternyata larangan menampilkan aksi ‘merokok’ di televisi tidak lantas mematikan kreativitas pembuat iklan. Tim kreatif mampu membidik sisi kemanusiaan yang nyatanya memiliki hubungannya sangat jauh dengan rokok. Tagline yang terdiri dari lima kata gaul tersebut betul-betul merepresentasikan ide penjualan. “Ga ada loe gak rame” memberi tahu kita bahwa hidup ini akan ramai dengan kehadiran orang lain. Dengan orang lain kita bisa berbagi kisah, membantu satu sama lain, dan menciptakan warna-warna baru dalam hidup ini. Citra baik yang ditimbulkan mampu menarik atensi masyarakat untuk membeli rokok tersebut.
            Peran bahasa gaul yang signifikan juga tergambar jelas pada iklan cokelat batang Chunky Bar. Setiap orang yang mendengar kata-kata “Gede sih, tapi rela bagi-bagi” pasti ingat dengan cokelat Chunky Bar. Kata-kata gaul tersebut mencoba memberi tahu kita bahwa kelezatan Chunky Bar begitu dahsyat sampai-sampai tidak rela membagikannya dengan orang lain. Walaupun ukurannya besar, cokelat itu harus dinikmati sendiri. Deskripsi unik yang ditimbulkan tagline tersebut tentu menambah nilai jual dan citra positif Chunky Bar.
            Intervensi bahasa gaul ternyata bermanfaat dalam strategi promosi iklan komersial televisi di Indonesia. Gaya bahasa dan kosa katanya yang akrab di telinga masyarakat memberi nilai lebih terhadap iklan yang ditayangkan. Selama ini kita hanya mengenal bahasa gaul karena kedekatannya dengan dunia remaja dan percakapan sehari-hari. Terkadang, keberadaannya diremehkan orang lain. Namun, bahasa gaul ternyata memiliki pengaruh besar dalam pencapaian keberhasilan sebuah iklan.#BRIDGING COURSE 11


Daftar Pustaka
Kridalaksana, Harimurti.1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia, hlm.281.
Azwida, Ade. 2007. Pemakaian Bahasa Gaul Pada Iklan Produk Komersial. Diakses dari  http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13460/1/08E01504.pdf pada tanggal 22 Oktober 2012, pukul 14.50 WIB.


Tidak ada komentar:

Blog Archive

Kontributor