Rabu, 21 November 2012

Melankoli Tetes Hujan



 diunduh dari http://4.bp.blogspot.com
Mereka jatuh dari langit..
Berkonspirasi membangun bui..
Akulah narapidana di dalamnya..
Aku terjerumus dalam halusinasi yang sangat nyata..
Hilang dalam lamunan..
Begitu larut..
Dalam homogeni yang melankolis..

Langit kelabu memaksaku berlutut..
Membiarkan satu per satu tetesnya menyelinap ke ragaku..
Berlari menggapai sel-sel tubuhku..
Meledakkan melankoli yang begitu dahsyat..

Tetes putihnya begitu merona..
Sebening mata ibu..
Seputih nasehat ibu..
Tersingkap aroma melati menembus inderaku..
Ibu, teh hangat, dan hujan..
Udara dingin yang menusuk tulang..
Bibir gemetar melawan kedinginan yang begitu liar..
Namun, ada kehangatan dari ibu..
Dengan secangkir teh di genggamannya..
Mereka memelukku sangat erat dan hangat..
Hingga aku tertidur pulas..

Hei langit..
Sampaikan pada ibu..
Tetaplah bersatu dengan awan kelabu..
Agar aku bisa mengenangnya..
Dalam melankoli tetes hujan.. 


 *lagi-lagi hari ini atensiku sepenuhnya melekat pada sosokmu, ibuk. Sebenarnya, banyak tugas kuliah antri minta diselesaikan. Dulu aku memang suka menenggelamkan diri dalam rutinitas sekolah. Jarang memperhatikanmu. Aku kurang ajar! Tapi, sekarang aku senang bisa terus menulis tentangmu. Hidupku kini berkutat tentang menulis, menulis, dan menulis.. Aku senang kau selalu  mampir di setiap serpihan kata yang kutorehkan di kertas.

Tidak ada komentar:

Blog Archive

Kontributor