Senin, 01 Oktober 2012

Unjuk Gigi Emas Jadi Berkelas



Memiliki gigi yang putih, bersih, mengkilap, dan memukau menjadi idaman setiap orang di dunia. Kita bisa tersenyum lebar tanpa harus malu-malu menunjukkan gigi. Secara otomatis, kepercayaan diri pun meningkat. Namun, bagaimana halnya dengan orang-orang yang justru gemar mempreteli giginya sendiri? Mengotak-atik salah satunya dengan materi yang memiliki prestise tinggi seperti emas? Sebesar apakah pengaruh gigi emas terhadap kepercayaan diri mereka? Mungkin, tidak ada pengaruhnya sama sekali atau justru mampu menaikkan harga diri. Dalam tulisan ini kita akan mengupas lebih dalam lagi motif-motif yang melatarbelakangi orang-orang tersebut memilih emas sebagai aksesoris gigi.

Berbeda orang, berbeda pula pendapatnya. Ini adalah pilihan individu. Rata-rata orang di dunia memakai emas untuk perhiasan atau aksesoris di baju, dan bukan untuk membuat gigi. Beberapa orang melakukannya karena hal spekulatif. Beberapa lagi melakukannya karena ayah atau kakek mereka memilikinya. Ada lagi yang berpendapat bahwa bagian terbaik tentang memiliki gigi emas yaitu bersinar ketika tersenyum. Pendapat tersebut tidak keliru. Semua itu sah-sah saja.

Bertolak dari realita yang terjadi di masyarakat berbagai belahan dunia, sebagian besar orang memakai gigi emas untuk status sosial. Memiliki gigi emas bergengsi bagi mereka. Beberapa sub kultur di Indonesia menjadikan gigi emas sebagai simbol status. Semakin banyak gigi emas, semakin tinggi pula pandangan masyarakat terhadap status sosial kita. Di beberapa belahan dunia tertentu, khususnya di Eropa bagian barat, negara Uni Soviet terdahulu, Asia Tengah dan Caucasus, gigi emas melambangkan kemakmuran. Pernyataan ini berkaitan dengan asumsi bahwa emas adalah logam mulia yang memiliki nilai keindahan yang tinggi. Nilai keindahannya yang tiada tara dan diikuti harga yang tinggi dibandingkan logam lainnya menjadikan emas acap kali digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan diri.

Di kalangan selebritis papan atas luar negeri, gigi emas pun melejit kepopulerannya. Dalam sebuah acara makan malam bersama teman-temannya di Restoran Giorgio Baldi, Rihanna memperlihatkan bagian giginya yang berlapis emas ketika mulutnya sedikit terbuka. Tampak gigi depan pelantun tembang Umbrella ini dilapisi emas sehingga tampak bercahaya di balik bibirnya yang berlipstik ungu. Rihanna sendiri mulai menambahkan aksen emas di mulutnya pada tahun 2011 ketika ia tampil di video musik You Da One

Lapisan emas pada gigi juga dikenakan sebagai cerminan kekayaan dan kemakmuran di dalam komunitas hip hop dan telah banyak digunakan sejak awal 1980-an ketika gigi “bling-bling” menjadi bagian fashion statement. Bintang rap dan hip hop biasa menghias giginya dengan emas dan berlian, yang dalam bahasa slang disebut grills. Misalnya, Flava Flav, salah satu rapper kulit hitam yang memakai grills, dan Paul Wall, rapper kulit putih yang kini memiliki bisnis grills sendiri. Grills yang dipakai oleh artis Paul Wall dikabarkan berharga USD 30.000. Biaya pembuatannya yang sangat mahal memposisikan grills sebagai alat ukur kekayaan artis pada masa itu.

            Senyum lebar dengan gigi berlapiskan emas mungkin tampak sedikit nyeleneh di mata banyak orang. Tetapi, di benak pemakainya, gigi emas mendapat tempat yang spesial. Bukan hanya mampu mengangkat rasa percaya diri, gigi emas menjadi andalan utama dalam ajang unjuk kekayaan. Semakin makmur seseorang, semakin banyak emas yang menghiasi giginya. Bagi mereka, menjadi bersinar di depan orang adalah dengan memakai gigi emas.



Daftar Pustaka
Gold Teeth (Cosmetic Use). Diunduh dari  http://en.wikipedia.org/wiki/Gold_teeth  pada tanggal 18 September 2012.
Mozartha, Martha. Gigi Emas Para Rapper .Diunduh dari http://m.klikdokter.com/detail/read/18/255/gigi-emas-para-rapper pada tanggal 18 September 2012.
Ria Utari, Dewi. Peoples Opinions About Gold Teeth. Diunduh dari http://dewagratis.com/kesehatan/dokter/indo/dental-health/dental-implant/gold-teeth/Peoples-Opinions-About-Gold-Teeth.html pada tanggal 18 September 2012.

Tidak ada komentar:

Blog Archive

Kontributor