Jumat, 05 Oktober 2012

Cinta Dalam Diam Menyeruduk, Indonesia Menunduk



Kualitas iklan di Indonesia perlu dipertanyakan. Kemunculan beberapa iklan tidak berbobot di sela-sela program televisi membuat jengkel hati penontonnya. Banyak yang mengomel di depan televisi, mengkritik kontennya, dan tidak sedikit yang bersikap acuh. Respon tersebut wajar adanya. Mereka merasa tidak bisa memetik manfaat apapun dari tayangan iklan tersebut. Kita jarang melihat iklan yang sarat akan pesan dan moral. Seharusnnya sudah menjadi hak pemirsa untuk mendapatkan suguhan informasi yang berkualitas dan bukannya iklan tidak bermakna. Sebagian besar iklan di Indonesia hanya mementingkan sisi komersil. Yang penting banyak pembeli, dan tidak peduli tentang dampak yang muncul di masyarakat.

Kejemuan masyarakat terhadap iklan di Indonesia membuat posisi iklan luar negeri semakin dilirik. Realita ini tergambar jelas di youtube. Iklan Asuransi Hidup produksi Thailand yang berjudul Cinta Dalam Diam banyak menyita perhatian masyarakat. Video iklan yang diupload pada tanggal 12 September 2011 ini mampu menyentuh jiwa siapa saja yang menontonnya. Senada dengan deskripsi singkat yang tercantum dibawahnya “Iklan Thailand Yang Bisa Meruntun Jiwa Sesiapa Yang Menontonnya”. Pesan dan refleksi kehidupan yang disuguhkan sangat sederhana, namun manfaatnya begitu besar. Maka dari itu, tidak heran jumlah penonton yang tercatat di pojok kanan bawah video tersebut sebanyak 667.236 orang. Dari jumlah itu, penonton yang memilih like sebanyak 2.569 orang, dan hanya 23 orang memilih dislike. Fakta ini mampu menyimpulkan bahwa pemirsa Indonesia lebih menyukai iklan Thailand yang segar dan inspiratif dibanding dengan iklan Indonesia yang miskin akan pesan.

Video iklan berdurasi 3 menit 3 detik ini menuai komentar-komentar hangat dan positif dari penonton. Ironisnya, di dalam komentar tersebut ada beberapa akun yang membanding-bandingkan iklan Thailand ini dengan iklan produksi dalam negeri. Mereka berpendapat iklan buatan Indonesia jauh lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan iklan ini. ”Indonesia belum bisa membuat iklan seperti ini, tema, tentang ayah dan anak,, biasanya indonesia bagus tentang cinta pria dan wanita,, ternyata bukan hanya di sepakbola saja kita kalah dari thailand,, iklan ini cukup memberi tau khualitas perfilman Thailand”, komentar akun bernama gunturarmgl. Ada juga komentar yang kontennya secara terang-terangan membanting ‘wajah’ iklan dalam negeri. “Iklan aja buatnya total banget.. keren. iklan di indonesia sih sampah semua *true story”, tulis hidayat jati. Kemudian, yang paling menarik perhatian adalah komentar yang ditulis akun bernama Gokong Gembul. Dia berandai-andai Indonesia bisa memproduksi iklan seperti ini. Iklan memang harus komersil, namun harus mengandung pesan moral yang mendalam.

Cinta Dalam Diam dengan melankoli dan harmonisasi lagu pengiringnya mengemas sebuah cerita yang sangat apik. Iklan ini mengangkat kisah seorang gadis dan ayahnya yang tuna rungu. Keterbatasan yang dimiliki ayahnya mengundang cemooh menyakitkan dari teman-teman sekelasnya. Ejekan berbunyi “Deaf Dumb Dad” pernah menempel di punggungnya dan di papan tulis kayu dengan ukuran tulisan yang lebih besar. Gadis sangat sedih dan sering terlibat perkelahian dengan salah seorang temannya. Karena hal ini juga, gadis semakin membenci ayahnya. “I want a better dad. Someone who’s not a deaf mute. A dad like everyone else”, gadis membatin. Pada hari ulang tahun gadis, ayah membelikannya tart. Namun, ternyata gadis sudah berlumuran darah di sebuah kamar. Ayah dengan rasa terkejut dan isak tangisnya membawa gadis ke rumah sakit. Dalam ketidaksadarannya, bayangan ayahnya muncul lagi. “Eat more dear. It helps you to grow. Be good at school.” Yang paling mengharukan adalah ketika ayah bersiap-siap menyambut ulang tahun gadis. “I was born a deaf-mute. I’m sorry for that.I can’t speak like other fathers. But I want you to know that I love you with all my heart”, ungkap ayah dalam bahasa isyarat. Akhirnya, gadis selamat dari maut. Di siuman pertamanya, gadis meneteskan air mata dan merangkul tangan ayahnya. Ayahnya meninggal karena menyumbangkan seluruh darahnya pada gadis. Sebagai penutup, iklan Thai Life Insurance ini menampilkan taglinenya yang berbunyi “Remember to care for those who care for you”. 

Popularitas iklan luar negeri yang semakin mendesak eksistensi iklan dalam negeri tidak boleh lantas menahan langkah kita. Cinta Dalam Diam produksi Thailand bisa dikatakan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan iklan Indonesia. Memang, banyak pihak dari berbagai sudut memuji kreativitas iklan ini. Namun, Indonesia tidak boleh berkecil hati. Kita harus memetik sisi positifnya. Jika Cinta Dalam Diam tidak muncul di youtube, bagaimana Indonesia bisa sadar sejauh mana keberhasilan iklannya. Dalam dunia periklanan kita perlu mencari rival yang kuat. Tujuannya bukan hanya untuk menaikkan semangat kompetisi, namun kita juga mampu mengukur sejauh mana kualitas iklan yang diproduksi.

Jadi, iklan yang berhasil adalah iklan yang mampu menyembunyikan sisi komersil, namun tetap memberi suntikan pesan moral yang menyentuh para penontonnya. Masyarakat akan menerima iklan dengan mudah apabila ada unsur kekayaan pesan yang membungkusnya. Intinya, suguhkanlah iklan yang inspiratif dan bermanfaat bagi masyarakat dengan menomorsatukan pesan moral. #BRIDGING COURSE 07


Referensi
duit88. Iklan Yang Paling Sedih Untuk Ditonton II (CInta Dalam Diam). Diunduh dari http://www.youtube.com/watch?v=38kqFq0llPA pada tanggal 5 Oktober 2012.

Tidak ada komentar:

Blog Archive

Kontributor