Cara
menikmati film boleh saja beragam. Tetapi, media komunikasi massa tersebut
selalu mencoba menyampaikan pesan kepada penikmatnya.
Setiap orang memiliki cara khasnya
masing-masing ketika menikmati sebuah film. Apalagi, sekarang toko CD film
dengan harga murah sudah menjamur di mana-mana. Kapanpun kita bisa menyewanya
dan membawanya pulang ke rumah untuk ditonton. Minum secangkir teh dan camilan
ringan bisa menjadi pilihan yang tepat. Tepat, karena dengan begitu, menonton
film akan terasa lebih menyenangkan. Atau, kebanyakan orang sekarang
berlomba-lomba menguras kocek untuk membeli tiket di bioskop. Bioskop
menyuguhkan ruangan ber-AC, tempat duduk yang nyaman, dan tentu makanan-makanan
ringan sebagai pelengkapnya. Sederhananya, asal kondisi jiwa dan lingkungan
menyenangkan, otomatis film terkesan baik pula.
Secara
tidak langsung, film membawa ceritanya masing-masing. Cerita ini tentu berasal
dari gagasan dan ide dari pembuat film. Gagasan inilah yang kemudian ditransmisikan
kepada penonton. Selanjutnya, penonton boleh memberikan umpan balik terhadap
segala sesuatu tentang film tersebut.
Film
adalah salah satu pilar media yang menjadi jantung komunikasi massa. Media
sendiri berarti suatu organisasi yang memproduksi pesan dan budaya sehingga
mempengaruhi kebudayaan masyarakat.
Film berefek sangat luas karena memiliki jejaring
komunikasi yang sangat luas(massa). Efek muncul karena film membingkai
pesan-pesan yang mungkin tidak pernah kita sadari. Film adalah media komunikasi
sekalligus media ekspresi dari pembuat film. Setiap film mengemas gagasan
ataupun statement yang berbeda-beda
tergantung dari pembuat film.
Sebagai bagian media komunikasi
massa, film bisa dikenali dari karakteristiknya yang khas. Ada beberapa dari
sekian banyak ciri-ciri film yang mewakilkan kemampuan komunikasi yang
dimilikinya. Film sebagai rekonstruksi realitas sosial, kredibilitas, dan mass mediated culture. Ketiga
karakteristik inilah yang sekiranya mampu membuktikan bahwa film ternyata mampu
berkomunikasi.
Film dapat membangun dan menciptakan
kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kehidupan sosial. Hal ini sesuai
dengan ciri yang pertama yaitu rekonstruksi realitas sosial. Dalam hal ini,
film dianggap sebagai media sempurna untuk mengekspresikan realitas kehidupan
yang terjadi di sekeliling pembuatnya. Rekonstruksi tersebut akan menghasilkan
kenyataan baru yang merupakan suatu realitas kamera. Proses penggarapannya
dibantu oleh peralatan dan teknik sinematika. Dari pandangan tersebut, film
bukan hanya untuk menghidupkan kembali realitas sosial, namun yang terpenting
adalah tahap-tahap rekonstruksi definitif di dalam proses penggarapannya.
Dengan demikian, film tidak semata-mata memproduksi realitas tetapi juga
mendefinisikan realitas.
Kredibilitas film dapat ditilik dari
dua sudut pandang yaitu situasi komunikasi dan keterlibatan emosional penonton.
Suatu film dikatakan dapat menciptakan situasi komunikasi yang lebih intim
dengan penonton. Hal ini disebabkan karena perangkat hidup yang mendukungnya.
Selain itu, tokoh-tokoh dalam film menjadi faktor yang paling menentukan
keberhasilan komunikasi sebuah film. Kemampuan bersandiwara dan karakteristik
setiap pemain akan memudahkan penonton untuk memahami alur cerita yang
disuguhkan film. Kemudian, pada akhirnya film tersebut dapat membentuk kerangka
komunikasi baru di benak penonton. Kerangka komunikasi ini akan membentuk
persepsi baru yang mereka yakini.
Film mampu mempengaruhi bahkan
membentuk kebudayaan baru dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Real,
film disebut mass mediated culture
yaitu deskripsi budaya yang terdapat dalam berbagai media massa kontemporer,
baik tentang golongan elit, wam, orang terkenal, ataupun budaya asli
masyarakat. Bentuk tanggapan penonton terhadap isi film dipengaruhi oleh
pengalaman pribadinya baik pengalaman sosial ataupun pengalaman budaya. Dari
tanggapan tersebut penonton akan mendapatkan paradigma baru tentang fenomena di
sekelilingnya.
Keanekaragaman cara menikmati film
tidak akan mengubah visi film untuk mengkomunikasikan ceritanya. Pesan-pesan
yang dijinjing oleh sebuah film menjadi bahan komunikasi penting. Dengan pesan
tersebut, penonton bisa memberi tanggapan sesuai dengan pengalamannya
masing-masing. Terlepas dari negatif ataupun positif penilaian yang diberikan,
dalam tahap ini film berhasil berkomunikasi dengan penikmatnya.#BRIDGING COURSE 12
Daftar
Pustaka
Mc.Quails. 1987.
Mass Communication Theory 2nd Edition.
London: SAGE Publication, hal.3.
Sobur,
Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, hal.127-128.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar