Minggu, 21 Oktober 2012

Menerka Dalang di Balik Petrus



Penembakan misterius atau yang lumrah kita sebut ‘Petrus’ kini masih menyisakan tanda tanya besar di benak masyarakat Indonesia. Catatan hitam tersebut menjadi misteri yang tidak pernah terungkap. Pasalnya, pembunuhan tidak manusiawi yang terjadi di era Soeharto itu hingga detik ini belum menemukan titik terang. ‘Hidup segan mati tak hendak’ adalah ungkapan yang tepat untuk mendeskripsikan ketidakberdayaan Komnas HAM dalam kasus ini. Gaung aksi pemerintah dalam kasus Petrus tidak pernah terdengar sedikitpun. Padahal, salah satu pembantaian manusia terbesar pada abad 20 itu secara tidak langsung telah mencoreng UUD 1945. Indonesia adalah negara penyembah konstitusi namun tidak berani unjuk gigi.
 Kita bertanya-tanya tentang ‘dalang’ di balik semua rentetan pembunuhan keji tersebut. Pandangan masyarakat baik di era 80-an atau era reformasi ini masih melayang tajam pada Soeharto. Bagaimana tidak, Soeharto yang pada saat itu masih berstatus sebagai presiden Indonesia justru’ memberi lampu hijau’ pada kasus Petrus. Dia menyebut pembantaian tersebut sebagai shock therapy. Terapi goncangan untuk mengkonkretkan keberadaan pengendali kejahatan. Namun, apakah harus dengan pembunuhan keji dan sembunyi-sembunyi seperti itu ? Sayangnya, pikiran-pikiran kritis masih tersandung keabstrakan bukti. Belum ada bukti kuat yang menggiring kasus ini ke muara. Sekali lagi, keragu-raguan bisa muncul dan membiaskan jawaban yang sudah mengerucut.
Petrus sebenarnya adalah langkah kontinyu dari Operasi Celurit. Operasi ini diimplementasikan oleh Polda Metro Jaya, Jakarta untuk mereduksi angka kriminalitas yang dinilai berada di ambang kritis. Namun karena hasilnya cukup efektif, operasi ini diadopsi oleh daerah-daerah lain seperti Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Beberapa waktu kemudian Operasi Celurit menjadi semakin liar namun terkesan misterius. Hasilnya, pada tahun 1983 tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di antaranya 15 orang tewas ditembak. Tahun 1985 tercatat 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas ditembak. Para korban Petrus  saat ditemukan masyarakat dalam kondisi tangan dan lehernya terikat. Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, laut, hutan, dan kebun. Pola pengambilan para korban kebanyakan diculik oleh orang tak dikenal dan dijemput aparat keamanan.
Pemandangan mengenaskan ini seolah-olah tidak mampu menggubris hati Soeharto. Ketidakempatiannya yang samar-samar tersurat dalam Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989), yang ditulis Ramadhan K.H., khususnya pada bab 69. Dalam biografinya ini Soeharto menguraikan argumen bahwa kekerasan harus dihadapi dengan kekerasan. “Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi, kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan.. dor.. dor.. begitu saja. Bukan! Yang melawan, mau tidak mau, harus ditembak. Karena melawan, mereka ditembak.” Paragraf ini segera disambung paragraf lima baris: “Lalu, ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Ini supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan itu.” Lantas, Soeharto memaparkan lagi: “Maka, kemudian meredalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan itu.” Ironis!
Sekali lagi, Petrus memang benar-benar kasus misterius. Siapapun dalangnya, dia sangat terampil mengunci lembaran hitam ini. Tidak ada seorang pun yang bisa menuntaskan kemajemukan persepsi ini. Padahal, zaman sekarang demokrasi sudah digembar-gemborkan keberadaannya. Kita tidak lagi menjadi ‘burung dalam sangkar’ seperti pada era otoriter Soeharto. Pada akhirnya, tragedi ini terkubur dalam-dalam dan bertransformasi menjadi kenangan yang kelam.





Daftar Pustaka
Achor, Mohammad. 2011. “Penembakan Misterius : Bukti Sikap Represif Rezim Soeharto”. Diakses dari http://sejarah.kompasiana.com/2011/12/02/penembakan-misterius-bukti-sikap-represif-rezim-soeharto/ pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 21.59 WIB.

Sejarah Perang.com. 2012. “Mengungkap Misteri PETRUS (Penembak Misterius)”. Diakses  dari http://sejarahperang.com/2011/12/25/mengungkap-misteri-petrus-penembak-misterius/ pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 22.09 WIB.

Lee, Michael. 2010. “Soeharto Dan PETRUS (Penembak Misterius) di Era 80-an”. Diakses dari  http://www.isunik.com/2012/04/soeharto-dan-petrus-penembak-misterius.html pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 22.18 WIB.

Purba, Supriad. 2012. “Mengungkap Kebenaran Penembakan Misterius. Diakses dari http://www.hariansumutpos.com/2012/08/39097/mengungkap-kebenaran-penembakan-misterius pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 22.21 WIB.


 



Tidak ada komentar:

Blog Archive

Kontributor