Selasa, 28 Desember 2010

Okrina Triwidanti, Menulis Dengan Hati


“Masalah tulisan jadi atau tidak, bukanlah hal yang perlu diresahkan. Biarkan mengalir. Jadi tidak ada unsur paksaan.”

Dengan nada meyakinkan dan senyum lebar, gadis hitam manis itu mampu membantah asumsi orang bahwa menulis itu susah. Ya, sepintas kata-katanya sederhana. Namun , orang awam pasti sulit mengerti tentang tulisan yang mengalir. Lalu apakah benar bisa menulis tanpa paksaan dan hasilnya dijamin bagus? Jurnalis satu ini ternyata mau berbagi tips kepada kita .Sekaligus, menjelaskan kalimat yang terlontar dari mulutnya tadi.

Tidak ada trik-trik khusus menulis. “Saya tidak begitu mengerti. Tapi yang biasa saya lakukan adalah berpikir santai, mencari topik menarik, lalu menulis. Dari segi waktu bisa dibilang singkat namun hasilnya bisa memuaskan. Mungkin kalau istilahnya kak Ananta,pembimbing saya ’menulis dengan hati’. Menulis dengan hati akan melahirkan tulisan yang berjiwa”, imbuhnya panjang lebar. Tulisan berjiwa adalah tulisan yang mampu menyentuh rasa dan hati orang lain ketika membacanya. Dia mengatakan kalau ingin membuat tulisan berjiwa , berlatih juga tidak ada salahnya.

Menulis menurut sebagian orang sulit dilakukan. Tapi di tangan Okri begitu sapaannya, menulis hanya masalah mau tidak mau.Maksudnya, jika kita berniat menulis pastilah jadi.Sebaliknya, jika dipaksakan sekalipun tidak akan jadi.Bakat menulis saja tidak cukup.Hasilnya tidak akan maksimal.”Contohnya saya.Saya tidak berbakat, tapi senang menulis.Dan bahkan motif awal saya ikut-ikutan kakak saya”, tukasnya merendahkan diri. Bakat hanya akan berguna jika dikembangkan. Alangkah baiknya sudah memiliki bakat ,tekun berlatih lagi.

Gadis kelahiran Denpasar 20 Oktober 1988 ini mengaku awalnya dia tidak kepikiran sampai ke sana.Ketika masih SMA, dia mengikuti jejak kakaknya di MP(Madya Padma), begitu sebutan kelompok jurnalistik di sekolahnya. Alumnus SMAN 3 Denpasar ini , dulu adalah mantan Redpel(Redaktur Pelaksana) MP. Ketika ditanya pengalamannya selama aktif dalam organisasi tersebut, Okri menjelaskan sambil memonyongkan mulutnya. Dia mengatakan bahwa suka-duka bercampur jadi satu. “Ada susahnya,ada mudahnya namun saya tetap menikmati kesibukan itu. Karena saya sangat merasa nyaman dengan rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang terjalin dalam keluarga besar MP.” Dia juga meluangkan waktu kuliahnya untuk ikut aktif dalam Akademika di Universitas Udayana, kampusnya. Kursi Koordinator PSDM(Pemberdayaan Sumber Daya Manusia) pernah didudukinya. Namun yang lebih hebat lagi, dia dipercaya Universitas sebagai PU(Pemimpin Umum) Akademika periode 2009-2010 .Kalau dibilang ‘maruk’ ,bukan. Ahli, ya tetap ahli. Selalu yang teratas. Menyambung soal Trisma, sebagai alumnus MP dia selalu menyempatkan hadir dalam ‘events’ yang diselenggarakan MP, sekaligus membina atau sekedar berbagi pengalaman dengan mereka. Memang berat. Namun dia mengaku sudah terbiasa. Tidak heran keluarganya sering menyama –nyamakannya dengan ‘Bolang’, bocah petualang. Mungkin karena jarang pulang.

Buah hati dari pasangan Dra.Sulandjari,M.A. dan Drs.Made Sudjana,M.A. ini sudah langganan juara menulis sejak SMA. Bersama rekan-rekan MP nya ,Okri pernah meraih Juara 1 lomba kording beberapa kali di Universitas Udayana, Juara 1 penulisan artikel di akademika, juara umum 3 kompetisi jurnalistik se-Bali, Student Spirit Award dalam festival film di Bali dan masih banyak lagi lainnya. Berkaitan dengan penghargaan yang terakhir, itu yang paling mengesankan. “Dulu pada waktu SMA, angkatan saya dicap ‘motor perintis film’. Melalui bimbingan kak Ananta , saya dan teman-teman berhasil menelorkan beberapa film yang hasilnya tidak hanya bisa dibanggakan oleh keluarga besar Trisma, namun juga sekolah- sekolah lain di luar bali . Waktu itu dalam ajang Bali International Film Festival (BIFEST) 2004, saya dan rekan-rekan meraih ’Student Spirit Award’ yang awalnya tidak ada yang menduga”, jelasnya sambil mengunyah permen karet. Okri mengaku , mereka sering berinisisatif membuat film sendiri. Tujuannya supaya bisa ditayangkan sesekali kepada generasi penerus MP selanjutnya. Itulah sebabnya, sampai sekarang antara angkatan satu dengan angkatan lainnya tidak pernah lepas. Selalu bekerjasama .”Sewaktu-waktu MP ingin menyelenggarakan sebuah kegiatan, kami akan membantu. Intinya membuat film itu seru “, imbuhnya.

Menyambung soal juara, di masa kuliahnya Okri juga sarat prestasi. Diantaranya juara 3 kompetisi jurnalistik tingkat Mahasiswa dan Pelajar se-Bali, juara 1 penulisan berita kisah tingkat Mahasiswa dan Pelajar se-Bali, Juara 1 penulisan esai tingkat Mahasiswa dan Pelajar se-Bali, Juara 3 yang utama dari yang terbaik penulisan artikel tingkat Mahasiswa dan Pelajar se-Bali. Tanggungjawab yang sangat besar, tentu tidak menjadi ‘tembok’ bagi Okri dalam berprestasi.

Ketika ditanya tentang siapa orang yang berperan besar membimbingnya dalam dunia menulis, Okri menyebut nama Kak Ananta. Gadis penyuka Bahasa Inggris ini sangat bersyukur bisa menjadi salah satu murid Kak Ananta. ” Dia yang membimbing saya dari nol hingga sekarang ini. Kak Ananta adalah pembina tetap MP. Saya sering berkonsultasi dengan dia. Walaupun saya sudah lepas dari lingkungan Trisma. Cara mengajarnya tidak seperti guru, melainkan seperti kakak , karena saking dekatnya dengan kami.Dia mudah sekali dimengerti. Dia adalah ‘public figure’ kami”, ungkap Okri.

Copy Writer 22 tahun yang handal di salah satu web ini, punya pesan untuk semua pelajar yang gemar menulis. Menulis itu merupakan suatu hal yang mudah. Kalau sudah bisa pasti ketagihan. Sekarang pelajar yang gemar menulis itu sudah menjamur dimana-mana. Hasil tulisan mereka lumayan. Bahkan ada yang bagus sekali. “Terkadang saya memperhatikan, kalau mereka kesulitan merangkai kata-kata. Jadi setengah dipaksakan. Itu wajar, yang penting jujur. Nah, mulailah dari hal yang sederhana saja. Misalnya, menulis diary ”, ungkapnya. Okri meyakini sebagian besar penulis handal lahir dari kebiasaan menulis diary. Kembali lagi tentang ‘menulis dengan hati’. Diary itu seratus persen tidak dibuat-buat . Tulisan tersebut merupakan curahan perasaan pemiliknya. Bisa kesal, bimbang, bahagia, ataupun jatuh cinta. Jadi biarkan mengalir. Jangan berhenti menulis, sampai semua yang sedang kita pikirkan tertuang secara gamblang.

“Anda bisa cek hasilnya sendiri.Puas… itulah yang akan ada dalam benak Anda, setelah membaca tulisan Anda sendiri”, tutup Okri.

Tidak ada komentar:

Blog Archive

Kontributor