Senin, 23 April 2012


Toh!
(Dimar)


Menyalak pantanganku..
Menggigit  hukum mati bagiku..
Dia bilang aku harus makan ikan
Ingin kugelengkan kepalaku
Dibalik ekspresinya yang datar..
Seperti menyembunyikan rantai ikat leher yang siap mencekikku hidup-hidup..
Lalu kulahap saja walau agak mual..
Dia bilang aku harus ramah pada sahabatnya yang ‘pencuri ‘itu..
Ingin ku menyalak..
Tapi sungguh aku takut..
 Bisa saja jatah makan malamku hari itu sirna sekejap mata..
Ingin ku menggigit kakinya sampai berdarah..
tapi benakku membayangkan lagi..
aku diusir dari rumah, dan hidup tak terurus di jalan raya..

Mungkinkah selamanya hidupku seperti ini?
mungkin seseorang bisa mengubahnya?
Atau mungkin aku harus menjadi pemberontak sesekali?
Mungkin saja kalau aku benar-benar menggelengkan kepalaku..
Dia akan memaklumi aku benci ikan..
Lalu menawarkanku  tulang dengan sedikit daging ayam yang masih menyempil di ujung-ujungnya
Dan mungkin saja kalau aku berani menggigit kaki pencuri malam itu..
Dia akan menyadari bahwa sahabatnya itu sering mengutil barang-barangnya..
Lalu menyebutku anjing penyelamat ,lantas menambah jatah makanku tiga kali lipat..
Toh, yang kutakutkan selama ini masih sebatas imajinasi..
Siapapun tak berani menjamin itu benar terjadi..



* sebenarnya aku pun tidak tahu kenapa aku sulit berbicara. Bukan karena malas. Enggan tepatnya. Enggan membuka suara bahkan untuk berkata 'ya' dan 'tidak'. Kadang-kadang sempat frustasi karena semata-mata untuk menyuarakan isi hati saja tidak mampu. Frustasi jadi orang pemalu!


Tidak ada komentar:

Blog Archive

Kontributor